Halaman

Jumat, 27 September 2013

Tujuh Perawi Hadits Terbanyak

Ada tujuh shohabat Rosululloh yang meriwayatkan lebih dari 1.000 hadits semasa hidup beliau. Mereka tercatat sebagai para shohabat Nabi yang terbanyak meriwayatkan hadits. Ketujuh shohabat tersebut adalah Abu Huroiroh, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, dan Said Al-Khudri.

Berikut adalah uraian singkat mengenai ketuju h shohabat Rosululloh SAW tersebut:


1. Abu Huroiroh

Nama aslinya Abdus Syamsi. Setelah masuk Islam pada saat Perang Khoibar, ia mengganti namanya menjadi Abdur Rohman As-Shohri. Kemudian oleh Rosululloh ia diberi gelas Abu Huroiroh, yang berarti "Bapak kucin kecil." Nama ini diberikan setelah ia membawa seekor kucing kecil ke hadapan Rosululloh.

Kecintaannya kepada Rosululloh sangat luar biasa. Sejak memeluk Islam ia belum pernah berpisah dengan Rosul kecuali saat tidur. Selama empat tahun ia berteman dengan Rosululloh hingga wafatnya. Ia selalu mengikuti ke mana Rosululloh pergi.

Abu Huroiroh bukan tipe penulis. Tidak seperti Abdulloh bin Amru (meriwayatkan 700 hadits) yang selalu menuliskan apa yang ia dengar dari Rosululloh. Namun, Abu Huroiroh memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia pernah berkata, "Tidak seorangpun dari shohabat-shohabat Rosululloh yang menandingi aku dalam hal menghafal hadits, kecuali Abdulloh bin Amru. Sesungguhnya (perbedaannya adalah) ia menulis dan aku tidak."

Tidak heran bila Abu Huroiroh tercatat sebagai shohabat Rosul yang terbanyak meriwayatkan hadits. Ia meriwayatkan hadits sebanyak 5.374 hadits. Nabi sendiri pernah berkata kepada Abu Huroiroh, "Barang siapa yang merentangkan selendangnya hingga haditsku selesai, lalu ia melipatnya kembali, maka ia tak akan lupa pada apa saja yang ia dengan dariku." Setelah mendengar ini Abu Huroiroh langsung merentangkan selendangnya dan beliau mengutarakan hadits yang amat banyak, kemudia memeluk Abu Huroiroh. "Demi Alloh," kata Abu Huroiroh, "Setelah itu aku tidak pernah lupa pada apa yang aku dengar dari beliau."


2. Abdulloh bin Umar

Ia adalah putra Umar bin Khotthob dan saudara kandung Hafshah, istri Nabi. Tercatat, Abdullah telah meriwayatkan sebanyak 2.630 hadits. Abdullah sangat setia mengikuti Rosululloh. Jika Rosul menunaikan sholat, ia bermakmum di belakang beliau. Jika beliau berdoa dengan berdiri maka Abdulloh ikut berdiri dan mengamininya. Bahan ketika beliau turun dari unta betina setelah mengelilingi kota Mekah dan menunaikan sholat dua rokaat, Abdulloh pun ikut mengitari Mekah dan sholat dua rokaat sesudahnya, sebagaimana yang ia saksikan.

Tak heran jika Ummul Mukminin, Aisyah, berkata, "Tidak seorangpun shohabat yang setara Ibnu Umar dalam mengikuti jejak Rosululloh." Abdulloh juga sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits. Ia tak mau meriwayatkan suatu hadits, kecuali yang bener-bener ia ingat huruf demi hurufnya.

Selain itu, Ibnu Umar selalu bangun untuk menunaikan sholat Tahajud dan memohon ampun pada waktu sahur seraya menangis. Setiap kali ia mendengar ayat-ayat yang dilantunkan, ia selalu mengeluarkan air mata sebagaimana ayahnya.


3. Anas bin Malik

Anas bin Malik berada pada urutan ketiga terbanyak meriwayatkan hadits. Ia telah meriwayatkan sebanyak 2.286 hadits, setingkat di bawah Abdulloh bin Umar. Ayahnya bernama Malik bin Nadhir yang Nasabnya bersambung dengan Adi bin Najjar.

Saat Anas berusia 10 tahun, ibunya menyerahkan Anas kepada Rosululloh untuk menjadi pelayan beliau. Beliau memanggil Anas dengan sebutan Dzal Udzunaini, yang artinya "yang punya dua telinga."

Anas tidak mengikuti perang Badar, karena usianya saat itu masih sangat muda. Namun, pada perang-perang lain, Anas selalu tampil berani. Ketika Abu Bakar bermusyawarah untuk mempergunakan tenaga Anas, Umar sangat memuji usul tersebut dan berkata, "Anas adalah seorang pemuda yang pandai menulis dan terkenal pula ketakwaannya, karena ia lama bersahabat dengan Rosululloh."

Ibnu Sirin berkata, "Anas adalah orang yang paling baik dalam melaksanakan sholat, di rumah atau di perjalanan." Sedang Abu Huroiroh berkata, "Saya belum pernah berjumpa dengan orang yang seperti Ibnu Sulaim (Anas) dalam melaksanakan sholat."


4. Aisyah

Ia lahir di Mekah empat tahun sesudah kenabian Muhammad SAW. Ia adalah putri Abu Bakar dan Ummi Ruman. Ia adalah istri Rosul setelah wafatnya Khodijah. Ia memeluk Islam selagi masih kecil, bersama delapan orang yang lain.

Aisyah adalah gadis yang cerdas dan pandai berbahasa. Ia juga menguasai ilmu kesehatan dan ilmu nasab. Seorang sahabat bernama Zuhri pernah berkata, "Seandainya ilmu Aisyah dibandingkan dengan semua ilmu istri-istri Nabi dan semua wanita Arab, niscaya ilmu Aisyah-lah yang lebih utama."

Sahabat yang lain berkata, "Saya belum pernah melihat orang yang lebih pandai dari Aisyah tentang ilmu kesehatan, syair, dan ilmu fikih."

Rosululloh begitu sayang kepada Aisyah. Pada suatu kesempatan beliau berkata kepada Aisyah, "Rasa cintaku kepadamu wahai Aisyah, seperti Al-Urwatul Wutsqo (pegangan yang kuat)."

Pada kesempatan lain, seorang sahabat bernama Amru bin Ash bertanya kepada Rosululloh tentang siapa yang paling beliau cintai. Beliau menjawab, "Yang pertama adalah Aisyah, kemudian Abu Bakar, Umar bin Khotthob, dan sahabat-sahabat yang lain."

Semasa hidupnya, Aisyah telah meriwayatkan 2.210 hadits. Keunggulan Aisyah dalam meriwayatkan hadits, kadang-kadang ia bisa mengkoklusikan beberapa masalah. Ia kerap ber-ijtihad sendiri lalu diikuti oleh para sahabat yang lain.


5. Abdulloh bin Abbas

Pada usia tujuh tahun Abdulloh telah menempel pada Rosululloh bagaikan alis dengan mata. Ia juga biasa diboncengkan Nabi ketika bepergian, laksana orang dengan bayangannya. Abdulloh bercerita, "Ketika Rosululloh hendak sholat, beliau memberikan isyarat agar aku berdiam di belakangnya. Setelah selesai sholat, beliau menatapku seraya bertanya, 'Mengapa engkau tidak berdiri di sampingku wahai Abdulloh?' Aku menjawab, 'Karena engkau sangat mulia dalam pandanganku. Aku sangat keberatan berdiri di sampingmu.' Kemudia Rosululloh mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, 'Ya Alloh, karuniakanlah ilmu yang hak dan himah kepadanya.'"

Doa tersebut ternyata dikabulkan. Putra Abbas bin Abdul Muthollib, paman Rosululloh ini menjadi sosok yang berilmu luas dan ahli fiqih yang mendetil. Sepanjang hidupnya ia telah meriwayatkan sebanyak 1.660 hadits.


6. Jabir bin Abdulloh

Setiap orang yang berjumpa dengannya, banya menimba ilmu darinya. Di masjid Nabi di Madinah, ia memiliki halaqoh, tempat orang-orang menuntut ilmu dan bertakwa.

Jabir bin Abdulloh pernah mengikuti peristiwa bersejarah bersama ayahnya dalam baiat Aqobah. Ia juga berjihat menyertai Rosululloh dalam banyak peperangan, kecuali perang Badar dan perang Uhud. Pada kedua perang tersebut, ayahnya, Abdulloh bin Amru, mencegahnya untuk ikut.

Setelah sang ayah wafat pada perang Uhud, Jabir tak pernah lagi absen menyertai Rosululloh di medan jihad. Dan selama berada di sisi beliau, Jabir telah mampu meriwayatkan 1.540 hadits.


7. Abu Said Al-Khudri

Nama aslinya Sa'ad bin Malik bin Sanan. Namun, ia lebih dikenal dengan julukan Abu Said al-Khudri. Ia adalah seorang sahabat yang dibaiat oleh Rosululloh untuk berpegang pada tali Alloh dengan meninggalkan hal-hal yang tercela. Bersamanya dibaiat juga Abu Dzar al-Ghifari, Sahal bin Sa'ad, Ubadah bin Shomit, dan Muhammad bis Maslamah. Abu Said tampil dalam perang Bani Mustholik, perang Khondak, dan perang sesudahnya sebanyak 12 kali.

Abus Said telah meriwayatkan 1.170 hadits. Kepada orang yang bertanya untuk menulis hadits darinya, ia berkata, "Jangan ditulis hadits, tapi hafalkanlah sebagaimana kami menghafalkannya."

Selasa, 10 September 2013

Biografi Imam Muslim

Biografi

Nama lengkapnya adalah Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Beliau lahir pada 204 Hijriyah. Beliau belajar semenjak kecil di kampung halamannya di hadapan para syaikh di sana. Al-Hajaj, ayahnya, adalah dari kalangan masyayikh, yaitu termasuk dari kalangan orang yang memperhatikan ilmu dan berusaha memperolehnya.

Hampir semua pusat kajian hadits tidak luput dari persinggahannya. Sebab, rihlah dalam rangka menuntut hadits merupakan syi'ar ahlul hadits pada abad-abad pertama. Rihlah pertama beliau adalah rihlah untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 220 Hijriyah. Pada saat itu dia masih muda belia. Di sana dia berjumpa dengan syaikhnya, Abdullah bin Maslamah al-Qo'nabi di Makkah, dan mendengar hadits darinya, sebagaimana beliau juga mendengar hadits dari Ahmad bin Yunus dan beberapa ulama hadits lainnya ketika di tengan perjalanan di daerah Kufah. Dia kemudian kembali lagi ke negerinya dan tidak memperpanjang rihlahnya pada saat itu.

Beliau kembali melakukan rihlah yang kedua ke beberapa negeri Islam. Rihlah ini dimulai sebelum tahun 230 Hijriyah. Beliau berkeliling dan memperbanyak mendengar hadits, sehingga beliau mendengar dari banyak ahli hadits, dan mengantarkan beliau kepada derajat seorang imam dan kemajuan di bidang ilmu hadits. Beberapa negeri yang beliau masuki, di antaranya ialah Khurosan dan daerah sekitarnya, Ar-Ray, Iraq (beliau memasuki Kufah, Bashroh, dan Baghdad), Hijaz (beliau memasuki Makkah dan Madinah), Asy-Syam, dan Mesir.


Guru dan Muridnya

Al-Hafizh Adz-Dzahabi telah menghitung jumlah guru yang diambil riwayatnya oleh Imam Muslim dan dicantumkan di dalam kitab shohihnya, dan jumlah mereka mencapai 220 orang. Dan masih ada lagi selain mereka yang tidak dicantumkan di dalam kitab shohihnya.

Di antara guru-guru beliau yang paling mencolok adalah Abdullah bi Maslamah Al-Qo'nabi, Al-Imam Muhammad bis Ism'ail Al-Bukhori, Al-Imam Ahmad bin Hambal, Al-Imam Ishaq bin Rahuyah al-Faqih al-Mujtahid Al-Hafizh, Yahya bin Ma'in, dan sebagainya. Sedangkan di antara penuntut ilmu yang menjadi murid beliau adalah Muhammad bin Adbul Wahhab al-Farro', Abu Hatim Muhammad bin Idris ar-Rozi, Abu Bakar Muhammad bin an-Nadlr bin Salamah al-Jarudi, Abu Isa at-Tirmidzi, dan sebagainya.


Karya-Karya Beliau

Imam Muslim mempunyai karya dalam bidang ilmu hadits yang jumlahnya cukup banyak Di antaranya ada yang sampai kepada kita dan sebagian lain ada yang tidak sampai. Adapun hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah Al-Jami' ash Shohih, Al-Kuna wa Al-Asma', Al-Munfaridaat wa al-Wildan, Ath-Thobaqoot, Rijalu 'Urwah bin Az Zubair, dan At-Tamyiz.

Sedangkan hasil karya beliau yang tidak sampai kepada kita adalah Al-Musnad al Kabir 'Ala ar-Rijal. Al-Jami' al-Kabir, Al-'Ilal, Al-Afrood, Al-Aqroon, Su'alat Muslim, Hadits 'Amru bin Syu'aib, Al-Intifa' bi'ahabbi as sibaa', Masyayikhu Malik, Masyayikhu Ats-Tsauri, Masyayikhu Syu'bah, Man laisa lahu illa roowin waahid, Kitab al Mukhodldlromin, Awladu ash-shohabah, Dzikru awhaami al-Muhadditsin, dan Afroodu Asy-Syamiyyin.


Wafat Beliau

Imam muslim wafat pada hari Ahad sore, dan dikebumikan di kampus Nasr Abad, salah daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rojab 261 H bertepatan dengan 5 Mei 875 dalam usia 55 tahun.

Rabu, 28 Agustus 2013

Biografi Imam Bukhori


Biografi

Nama lengkap Imam Bukhori adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughiroh bin Bardizbah Al-Ju'fi Al-Bukhori. Beliau lahir pada hari Jumat setelah sholat Jumat, 13 Syawal 194 H di kota Bukhoro. Maka tak heran jika beliau lebih populer dengan sebutan Al-Bukhori. Karena penggunaan huruh al dirasa kurang familiar di Indonesia, maka masyarakat menyebut beliau Imam Bukhori atau Bukhori saja.

Bukhori dididik dalam keluarga yang berilmu. Ismail, bapaknya, adalah seorang ahli hadits yang mempelajarinya dari sejumlah ulama terkenal, seperti Malik bin Anas, Hammad bin Zaid, dan Abdulloh bin Al-Mubarrok. Ayahnya wafat ketika Bukhori masih kecil, sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim. Ayahnya meninggalkan Bukhori dalam keadaan yang berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Harta tersebut dijadikan Bukhori sebagai media untuk sibuk dalam menuntut ilmu.

Waktu kecil, kedua mata Bukhori buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Kholilulloh Nabi Ibrahim AS berujar kepadanya, "Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya." Menjelang pagi harinya, ibu Al-Bukhori mendapati penglihatan anaknya telah sembuh. Menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan kakaknya mengunjungi kota suci. Dia kemudian tinggal di Makkah dekat dengan Baitulloh beberapa saat untuk menuntut ilmu. Beberapa negeri yang telah ia singgahi dalam rangka rihlah mempelajari hadits antara lain Khurasan, Bashrah, Kufah, Baghdad, Hijaz (Makkah dan Madinah), Syam, Al-Jazirah (kota-kota yang terletak di sekitar Dajlah dan Eufrat), dan Mesir.


Guru dan Muridnya

Imam Bukhori berjumpa dengan sekelompok kalangan atba'ut tabi'in muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari mereka, sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau telah menulis dari sekitar 1.080 jiwa yang semuanya dari kalangan ahlul hadits. Guru-guru Imam Bukhori terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya ialah Abu 'Ashim An-Nabil, Makki bin Ibrahim, Muhammad bin Isa bin Ath-Thobba', Ubaidillah bin Musa, Ahmad bin Hambal, dan sebagainya. Sedangkan di antara murid beliau adalah Imam Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Imam Abu Isa At-Tirmidzi, Al-Imam Sholih bin Muhammad, dan sebagainya.

Meskipun Imam Bukhori sibuk dengan menuntut ilmu dan menyebarkannya, tetapi ia merupakan individu yang mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Dia merupakan pribadi yang banyak mengerjakan sholat, khusyuk, dan banyak membaca Al-Qur'an.

Sangat banyak sekali para ulama yang memberikan kesaksian atas keilmuan Imam Bukhori. Di antara mereka ada yang dari kalangan guru-gurunya dan teman-teman seperiode dengannya. Adapun periode setelah meninggalnya Bukhori sampai saat ini, kedudukan Imam Bukhori selalu bersemayam di dalam relung hati kaum muslimin, baik yang berkecimpung dalam masalah hadits maupun dari kalangan awam kaum muslimin.


Karya-Karya Imam Bukhori

Banyak buku yang ditulis oleh Imam Bukhori. Di antaranya ialah Al-Jami' as-Sahih, Al-Adab al-Mufrod, At-Tarikh ash-Shoghir, AT-Tarikh al-Awsath, At-Tarikh al-Kabir, At-Tafsir al-Kabir, Al-Musnad al-Kabir, Kitab al-'Ilal, Rof'ul Yadain fi ash-Sholah, Birrul Walidainm Kitab Al-Asyribah, Al-Qiro'ah Kholfa al-Imam, Kitab adh-Dhu'afa, Usami ash-Shohabah, Kitab al-Kuna, Al-Hibbah, Al-Wihdan, Al-Fawa'id, Qodloya ash-Shohabah wa at-Tabi'in, dan Masyikhoh.

Semua karya Imam Bukhori sangat penting dalam ilmu Hadits, tetapi yang paling terkenal adalah kita Al-Jami' Ash-Shohih yang lebih populer dengan Shohih Al-Bukhori. Kitab ini mulai ditulis ketika beliau berada di Makkah. Penulisan berakhir ketika beliau berada di Madinah. Dari sekian ribu hadits yang dihafalnya, untuk dimasukkan di dalam kitabnya itu ia mengadakan seleksi yang ketat. Setiap hendak memasukkan hadits ke dalam kitabnya, beliau melakukan sholat sunah dan beristikhoroh. Bila merasa mantap, beliau baru memasukkan hadits tersebut. Beliau melakukan hal ini selama lebih kurang 16 tahun.


Wafat Beliau

Imam Bukhori keluar menuju Samarkand. Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun, di sana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan akhirnya beliau meninggal pada hari sabtu, tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Sholat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Semoga Alloh selalu merahmatinya dan ridlo kepadanya.

Tingkatan Hadits

Tingkatan hasits-hadits shohih ada tujuh.
Tingkat pertama ialah yang ke-shohih-annya disepakati oleh Bukhori dan Muslim. Rinciannya adalah:
  1. Shohih muttafaq 'alaih disepakati oleh Bukhori dan Muslim.
  2. Shohih hanya diriwayatkan oleh Bukhori.
  3. Shohih hanya diriwayatkan oleh Muslim.
  4. Shohih menurut syarat yang ditentukan oleh Bukhori dan Muslim, tetapi keduanya tidak meriwayatkan hadits tersebut.
  5. Shohih hanya menurut syarat Bukhori, tetapi ia tidak meriwayatkannya.
  6. Shohih hanya menurut syarat Muslim, tetapi ia tidak meriwayatkannya.
  7. Shohih menurut riwayat lain-lainnya, tidak menurut syarat keduanya.

Selasa, 28 Mei 2013

Sulaiman meninggal dengan memakai tongkat

Melihat perdebatan Zakir Naik vs William Campbel tentang ketidak-aslian AlQuran dan Bible.
Mungkin aku tidak bisa menjawab seperti Zakir Naik, mengagumkan.
Salah satu yang dilontarkan Campbel tentang kesalahan AlQuran tentang kematian Nabi Sulaiman, yaitu para jin yang bekerja tidak tahu kalau Nabi Sulaiman telah meninggal, hingga tongkat Sulaiman digerogoti rayap dan tubuh Nabi Sulaiman terjatuh. Melihat itu para jin baru sadar kalau Sulaiman telah meninggal.

Bagaimana mungkin seseorang mati tetap berdiri dengan tongkatnya? Mustahil kan?

Tapi lebih mustahil mana? Tongkat dilempar kemudian laut terbelah? Lebih mustahil mana? Perawan melahirkan?

Kalau dipikir dengan logika, jelas dengan melempar tongkat ke laut, mana mungkin laut terbelah. Mana ada seorang perawan bisa melahirkan? Dibandingkan mati sambil memakai tongkat yang tidak orang pun yang tahu kalau ia sudah mati.

Pastilah tongkat yang dilempar ke laut sehingga laut terbelah dan perawan yang melahirkan lebih mustahil, iya kan? Dan tongkat yang dilempar ke laut sehingga laut terbelah dan pewaran yang melahirkan itu diakui oleh William Campbel, tentunya meninggalnya sulaiman dengan memakai tongkat dan tidak ada yang tahu kalau dia meninggal lebih masuk akal tentunya.